Laman

Rabu, 26 Desember 2012

Kebangkitan Digitalpreneur Sebagai Pilar Baru Ekonomi Indonesia

Jumlah pengangguran terdidik di Indonesia trennya terus meningkat. Sarjana pengangguran pada agustus 2009 berjumlah 701.651 orang dan naik menjadi 710.128 orang pada agustus 2010. Sementara pengangguran lulusan diploma meningkat dari 441.100 orang menjadi 443.222 orang. Di saat lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah dan swasta semakin berkurang, tidak ada cara lain untuk mengentaskan pengangguran selain menjadikan mereka sebagai wirausaha. Urgensitas penciptaan wirausaha baru begitu terasa jika melihat jumlah wirausaha Indonesia saat ini yang hanya sekitar 400.000-an orang atau 0,18% dari total populasi. Idealnya, Indonesia membutuhkan 2% wirausaha dari total populasi atau sekitar 4,8 juta orang.

Di sisi lain, data menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia menempati urutan ke-5 terbesar di Asia berdasarkan survei internet world stats 2010, di bawah China (420 juta), Jepang (99 juta), India (81 juta), dan Korea Selatan (39,4 juta). Dengan jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2010 sebesar 30 juta orang, menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 1.400% dari jumlah 2 juta pengguna pada tahun 2000. Untuk tingkat dunia, Indonesia kini berada pada urutan ke-11 terbesar.

Dari 30 juta pengguna tersebut, 48% nya adalah pengakses dari perangkat bergerak (mobile internet user), meningkat dari 22% pada tahun 2009. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan ke-8 terbesar tingkat dunia untuk pengguna mobile internet. Ditambah dengan data pelanggan seluler yang juga meningkat tajam dari 52 juta pelanggan pada tahun 2007, 91 juta pada 2008, 117 juta pada 2009, dan 180 juta pada 2010, semakin menunjukkan betapa besarnya potensi pemanfaatan internet di Indonesia.

Dihubungkan dengan potensi internet di Indonesia, wirausaha berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang memproduksi konten digital diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan pengangguran. Wirausaha tersebut banyak yang menamakan dengan digitalpreneur.

Semakin meratanya sebaran perkembangan teknologi telah menjadikan teknologi sebagai domain semua orang. Bukan hanya sebagai pemakai, tetapi juga sebagai pengembang bagi teknologi itu sendiri. Adanya jaringan internet telah menciptakan alih pengetahuan yang begitu cepat ke seluruh dunia. Internet pulalah yang menjadikan industri konten berkembang pesat.

Dahulu industri konten adalah domain negara maju dan menggunakan teknologi yang tergolong mahal serta rumit. Namun kini dengan adanya arus informasi tanpa batas untuk belajar dan teknologi pengembangan konten yang lebih ekonomis serta mudah dipelajari, memungkinkan karya cipta pengambang konten lokal turut mewarnai industri konten global. Pertumbuhan ini didukung pula oleh berkembangnya teknologi jaringan akses seperti ADSL, WIMAX, 3G, dan serat optik. Jaringan terbaru tersebut diibaratkan sebagai sebuah jalan raya yang lebar dan mulus, yang sangat cocok untuk dilalui oleh ‘kendaraan’ konten yang canggih dan cepat dalam jumlah yang banyak.

Indonesia pernah mengalami booming bisnis konten ketika era premium call dan SMS premium. Perkembangan industri konten selanjutnya adalah adanya konten multimedia yang dapat diakses melalui ponsel atau internet, mulai dari nada dering, nada sambung, wallpaper, games, kuis, berita, informasi produk, kartu ucapan, cuplikan video, hingga film. Peluang industri konten semakin besar seiring perkembangan teknologi platform khususnya seluler yang semakin beragam. Mulai dari Symbian, Windows Mobile, iPhone OS, BlackBerry OS, Android, dan Samsung OS. Ditunjang oleh semakin beragamnya keperluan bisnis, sosial, dan hiburan, menyebabkan peluang bisnis di bidang konten menjadi semakin besar.

Kebangkitan industri konten Indonesia sebetulnya bisa kita lihat dari beberapa hal seperti diselenggarakannya beberapa kompetisi konten, penghargaan internasional yang diterima oleh pengembang konten lokal, akuisisi dan kerjasama antara investor global dengan pengembang konten lokal, serta bermunculannya komunitas start-up dengan beragam kegiatan reguler.

Kompetisi konten saat ini diikuti peserta dalam jumlah banyak, berhadiah besar, dan menghasilkan banyak karya yang inovatif. Contohnya adalah IMULAI (Indonesia Mulai) yang diselenggarakan oleh Microsoft Indonesia dan USAID yang sudah berlangsung tiga kali dengan total hadiah USD 250.000. Bahkan untuk penyelenggaraan yang ketiga tahun ini, para pemenang akan dipertemukan langsung dengan para investor. Contoh lain adalah IM2 Android Developer Competition yang diselenggarakan Indosat bersama ITB. Ada pula SWAstartup yang aktif melakukan pelatihan selama tiga bulan setiap tahunnya bagi start up yang terpilih.

Penghargaan internasional yang diterima oleh pengembang lokal pun sudah banyak. Diantaranya aplikasi Love Indonesia yang memenangi Blackberry ‘Super Apps’ Developer Challenge 2010, Wilayah Asia Pasifik. Ada pula 15 karya startup lokal yang masuk dalam Asia’s Top 50 Apps 2010 yaitu Adadiskon, BukuQ, Eevent, Gantibaju, Kaskus, Kayakarya, Koprol, LewatMana.com, MainMusik.com, Movreak, TokoBagus, Tokopedia, Tuitwit dan Urbanesia.

Pengakuan internasional pun dapat dilihat dari terjalinnya kerja sama bisnis seperti akusisi Koprol oleh Yahoo yang nilainya ditaksir mencapai USD 1 juta. Ada pula East Venture yang berpusat di Singapura yang sudah melakukan investasi di beberapa start up lokal seperti situs e-commerce Tokopedia, portal gaya hidup/direktori bisnis lokal Urbanesia, mesin pencari belanja PriceArea, serta social media analytic Scraplr.

Gairah start up lokal ditunjukkan pula dengan munculnya berbagai komunitas start up di beberapa kota besar. Bahkan tahun ini komunitas di Jakarta sudah menginjak usia 1 tahun. Komunitas ini rutin mengadakan pertemuan bulanan yang pesertanya semakin hari semakin banyak. Bermunculannya start up dianggap sebagai sebuah peluang sehingga menimbulkan pula ketertarikan dari investor lokal. Salah satunya adalah Merah Putih Inc, yang memosisikan sebagai inkubator digital dan teknologi yang saat ini sedang menginkubasi konten lokal diantaranya Lintas Berita, Krazy Market, Info Kost, Ads On It, Daily Social, dan Gantibaju.com. Bahkan salah satu produsen rokok lokal terbesar saat ini sudah mencium aroma profit dari industri konten dengan mangakuisisi forum komunitas terbesar Indonesia, Kaskus.

Banyaknya investor yang meminati bisnis konten saat ini tidaklah mengherankan. Karena pengembang konten lokal sudah mampu menghasilkan berbagai macam jenis konten. Mulai dari aplikasi agregator berita, televisi infotainment, kitab suci, diskon dan belanja, jejaring sosial, instant messaging, game online, sampai solusi bisnis dengan puluhan modul.

Perkembangan digitalpreneur saat ini diharapkan dapat memberikan dampak besar terhadap perekonomian Indonesia. Beberapa dampaknya adalah penciptaan lebih banyak lapangan kerja, masuknya invetasi bernilai besar, adanya pendapatan ekspor, serta semakin banyaknya SDM lokal berkeahlian khusus. Selain unsur ekonomi, digitalpreneur pun diharapkan tetap bisa menjaga identitas budaya nasional dengan menciptakan konten yang menarik, menghibur, mendidik, dan mencerdaskan masyarakat.

Melihat berbagai potensi yang ada, Indonesia diharapkan tidak hanya besar sebagai pengguna Internet, tetapi juga menjadi pebisnis dominan berbasis internet. Industri konten dengan orang-orang muda kreatif dan dinamis sebagai driver, diharapkan dapat menjadi pilar baru ekonomi Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar